MALAM DAN POLISI TIDUR
Oleh :
Rr. Pramesthi Dyah Oktaseski
Aku menatap kostum tariku dengan
perasaan jengkel, lelah dan BT. Sore ini aku harus berdandan buat syuting menari Sabtu malam ini. Aku
harus menari untuk tugas film, yang judulnya “THE LEGEND OF TAPA’AN”. Seharusnya aku senang, karena . . . Aku menari lagi bersama
teman-temanku yaitu Anggita dan Arisa, setelah 3 tahun lebih, aku berhenti
menari. Sayangnya, aku tidak menyambut baik kegiatan ini.
Giliranku
berdandan tiba. Saat aku sedang asyik internetan di handphone, tiba-tiba Mbak
Santti pemilik salon yang ngemake-up aku dan teman-temanku numpahin bedak bubuk
tepat di key-pad handphoneku.
Batinku “ Gilaaaa,
blackberry ku ketumpahan bedak !!! Aaaa,, sial banget”
Omelku ke mbak Santti
“Aduuuuh, mbak Santti ati-ati dong kalau bawa bedak bubuk, handphone ku jadi korban nih ... ! ”
“ Maaf mbak Tara,
saya gak sengaja. Ini tissuenya mbak. Sekali lagi saya minta maaf ya mbak,… ”
Pinta Mbak Santti sambil memberikan tissue kepadaku.
“ Makasih ! ”
cetusku.
Dan yang bikin aku BT
waktu berdandan. . . . Si Inggrid ngomel-ngomel gak jelas. Bikin gendang
telingaku hampir pecah mendengar omelannya. Aku, Anggita dan yang lainnya
sering memanggilnya “NELA” alias “ Nenek
Lampir ”. Batinku setiap dia
ngomel “ Apa elo gak capek yaah, ngomel-ngomel gak jelas gak ada yang peduli.
Kalau gue jadi elo, gue malu banget . . . ”
Setelah hampir
setengah jam aku berdandan, aku meminta Mbak Santti dan Arisa untuk memakaikan
kostum tariku. Setelah itu, aku keluar dari ruang ganti di salon itu.
Saaangaaaaaaaaaaat cantik !! Aku tampak beda dengan biasanya. Yang
sehari-harinya aku seperti cewek tomboy,
sekarang menjadi cewek lemah gemulai dengan kostum tari dan make-up diwajahku.
“ Kamu cantik banget
Taraaa . . . Suka deh . . . Hihihi ” Puji Arisa.
“ Aduuuuh.. Biasa aja
. . . Aku masih tetap Tara tomboy! Andai
aja bukan aku yang dapat peran nari, sudah aku hapus nih make-up ” sautku
dengan sebel.
“ Tapi, kali ini kamu
beda! Kamu lebih kelihatan cantik dan anggun ” Saut Anggita
“ Sudah sudah, kalian jangan memujiku
seperti itu, nanti make-up ku rusak gara-gara kalian memujiku terus-menerus.
Hehehe, kasihan mbak Santti tuh ” jawabku bercanda.
“ Oke deh, kalau gitu
ayo kita ke lokasi syuting sekarang ” Ajak Anggita.
“ Iyah nggit, nanti
kita di marahin Pak Sutradaranya alias Dido kalau datangnya telat … Hihihi … ”
tambah Arisa sambil membayarkan ongkos salon ke mbak Santti.
Aku, Anggita dan
Arisa meninggalkan salon itu dan menuju lokasi syuting dengan mobil termewah
didunia punyaku dan diantar oleh supir pribadiku yang datang langsung dari
Amerika untuk bekerja sebagai supir pribadiku sejak aku duduk di bangku Sekolah
Dasar, yaitu Mr. Mattar.
“ Silahkan masuk nona
” kata Mr. Mattar yang sudah lancar berbahasa Indonesia sambil membukakan pintu
mobilku.
“ Thank you Mr Mattar ” sautku.
Di lokasi syuting kru-kru produser bekerja sama
menyiapkan barang-barang untuk syuting tari malam ini.
“ Kalian kok lama sekali sih di salon !
” tegur Dido sebagai sutradara film kita.
“ Kalau kita
cepet-cepetan, nanti hasilnya gak bagus pak Suut ” canda Arisa.
“ Yayaya … kalian jangan banyak gerak,
nanti rusak make-up kalian. Sekalian latihan nari, biar tarian kalian kompak
! ” perintah Dido kepadaku,
Anggita dan Arisa.
“ SUIIP PAK SUT . . .
. ! ” seruku, Anggita, Arisa.
Kali
ini aku jadi pemimpin tari. Syukurlah aku, Aggita dan Arisa bisa kompak berkat
ajaranku. Anggita dan Arisa terheran melihat cewek tomboy bisa menari seindah
ini. Aku mengajarkan beberapa gerakan kepada Anggita dan Arisa. Sampai . . . .
waktu yang ditunggu tiba.
“
Sebelum kita mulai syuting hari ini,
aku sebagai sutradara ingin memberi intruksi kepada kalian. Jangan bertingkah
berlebihan ditempat ini, karena sudah malam. Jangan ada yang berpikirian kosong
dan lainnya. Kita nikmati syuting ini. Dan semoga syuting hari ini berjalan dengan baik. Siap smuanya ? ” intruksi Dido.
“ Siiap Pak Sut ” seru kru-kru produser.
“ Kamera siaap. . . .
. . !! ACTION ! ”
Aku, Anggita dan
Arisa menari layaknya penari profesional.
Dilengkapi dengan obor-obor yang menerangi pementasan kami.
“
Syuting kali ini selesai dan berjalan
dengan sempurna. Syuting dilanjutkan
besok pagi jam 7 kumpul dirumahnya Inggrid. Jangan telat lho yaa ! Sekarang,
kalian boleh pulang dan istirahat buat syuting
besok ! ” kata Dido sambil memimpin doa sebelum pulang.
#####
Minggu
pagi. . . Syuting menghabiskan waktu
yang sedikit. Dan anehnya, aku memecahkan gelas Inggrid. “CETAAARRR !!!” suara gelas
pecah.
“ Ya ampyuun… Maaf
Nggrid . . . Aku gak sengaja mecahin gelasmu. Aku juga gak tau kalau ada gelas
disebelah kakiku. Emang siapa sih yang letakin gelas deket pintu.. Rada gilaa ”
jelasku
“ Iyaa, gak apa-apa Ra … Aku juga gak
tau tuh, siapa yang letakin gelas deket pintu ” seru Inggrid.
#####
Aku pulang kerumah
dianterin Mr Mattar naik mobil mewahku. Lalu, aku mengambil motorku dan tancap
gas kerumahnya si Anggita.
“ Nggit, aku di sms
Ariel nih, katanya kita disuruh nonton‘Cuci
Otak Awards’ sama si Inggrid jugaa … Ariel lagi nonton tuh sama Afan, kita
ditungguin disana. Gimana nih ? Ikut apa enggak, soalnya aku juga lagi males di
rumah nih ” ajakku
“ Okey deh, bilang kita lagi dijalan
jemput si Inggrid ” jawab Anggita.
Dirumah Inggrid, aku
dan Anggita memaksa Inggrid untuk ikut nonton. Dengan wajah bangun tidur dan
nyawanya belum lengkap, akhirnya Inggrid mau ikut. Jadi, Minggu ini kami
berlima lengkap nonton ‘Cuci Otak Awards’.
Kami punya nama yaitu “ FIVER ” dan
motto kita “ GAK ADA LOE GAK RAME !!! ”
Awalnya sih kita hanya sering main bareng. Terus, malam Minggu pertama bagi
kami, kami menyebutkan nama itu “ FIVER
”. Karena kami sering main berlima dan hanya berlima, jadi kita ambil “ FIVE ” dalam bahasa Indonesia artinya
lima dan “ R ” nya buat
tambah-tambahan saja.
“ Eh Ra… Ati-ati kalau bawa motor, aku takut
kamu kenapa-kenapa… Sekarang hari Suro.. Semalem waktu kita lagi syuting, itu
malem 1 Suro… ” kata Inggrid
menasehatiku
“ Iyaah, tenang aja,
aku pelan-pelan kok . . . ” seruku.
“ Eh, kita mau kemana
nih ? Dari tadi muter-muter terus. . . Bensin aku nipis, guys ” omel Afan.
“ Jadi cowok manja
banget sih loe, Fan. Kita cari minum aja deh. Gimana ? Gue haus nih ” seru
Inggrid.
“ TANCAP !!! ” saut
Ariel.
Aku, Anggita, Ariel,
Afan dan Nela alias Inggrid bermain sampai sore hari, dan aku pulang duluan,
karena daerah dirumahku lagi mendung.
“ Aku pulang dulu
yaa,guys. . . Lain kali kita kumpul lagi, awannya
udah mendung nih. Aku takut kehujanan dijalan” izinku kepada FIVER
“ Iyaah Ra, gak
apa-apa, hati-hati dijalan yaa.. Jangan kebut-kebutan dijalan . . . ” seru
Anggita.
“ SIAP KOMANDAN !! ”
seruku
Aku
mengendarai motorku sendirian menuju rumah. Sepulang dirumah, aku tertidur
lelap karena lelah. Saudaraku dari Perancis, Danang, datang untuk silaturahmi.
“
Tara, kamu punya kripik Makacih gak ? Aku kangen pedes-pedesnya nih ” pinta
Danang
“ Kripik aku udah
habis tuh semalem. Kalau mau pesen bisa sih. Pesan antar ” tambahku.
“ Pesennya dimana ? ”
tanya Danang.
“ Ini ada langganan
aku, mau pesen berapa? Biar aku pesanin ” imbuhku.
“ Sebelak aja deh 2…
Berapa menit dikirimnya ? ” Seru Danang,
“ 15 menit kok..
Tunggu aja yuk, kita main Nitendo Wii
dulu ” ajakku.
Orang
yang ngantar Makacih nya datang, memencet bel rumahku
“DINGDONGDINGDONGDINGDINGDONG”
“ Ini mbak pesanannya
” seru mas pengantar kripik
“ Totalnya berapa mas
? ” tanyaku.
“ Tiga puluh ribu
mbak smuanya”
“ Ini mas uangnya,
makasih mas ” kataku sambil menutup gerbang rumah.
Perjalanan menuju
dalam rumah, aku jalan cepat. Aku tidak ingin ketinggalan level dengan Danang.
Tidak disengaja, aku tersandung polisi tidur kecil rusak yang ada di rumah. REFLEK ! Aku jatuh terpental 5 meter
sampai disebelah mobilku yang panjang. “ ADUUUUUUUH !!! ” keluhku dalam hati
dengan merintih kesakitan.
Aku
bangkit dari tempat dimana aku terjatuh, lalu aku lari menuju kamar untuk
mengobati luka nya. Sakitnya bukan main !!! Aku merasakan bahwa aku seperti
orang kehabisan darah setelah bangkit tadi. Lalu, aku memandangi tangan
mungilku.
“ Apa tanganku patah
? retak ? atau apa ? kok sakitnya bukan main kayak gini ?! ” batinku.
Ketika
bertemu dengan keluargaku, aku bersikap biasa saja tidak seperti orang
kesakitan, walau dalam hati aku berteriak kesakitan. Saat itu wajahku pucat,
tetapi satupun keluargaku tidak menyadarinya.
Aku
dan Danang melanjutkan permainan walau aku menggunakan tangan kiri dan
sempat-sempat menggunakan tangan kananku yang sakit. Syukurlah tidak ada satu pun
yang curiga kepadaku.
#####
Keesokan
paginya . . . .
“
Taraa, ayo bangun . . . Udah siang, kamu gak pergi sekolah ? Sudah jam berapa
ini ?!! ” seru mama,
Dengan malas, aku
menjawab “ Enggak ma, tanganku sakit. ”
“ Lhoo, kenapa ? ”
tambah mama,
“ Semalem habis aku
habis jatuh, kesandung polisi tidur kecil dan rusak di depan, Ma ”
“ Terus sekarang
gimana ? Mangkannya kalau jalan itu ati-ati dong, liat bawah, jangan di seret
!! ”
“ Enggak tahu ma,
sakit banget, kayaknya sih patah ma, soalnya semalem tangan kananku nyangga
badanku waktu jatoh, iyaah ma maaf ” imbuhku,
“ Ya wis, mama bikin
surat buat sekolah kalau kamu nggak masuk hari ini. Trus, kamu sekarang mandi,
kita ke rumah sakit buat ronsen tanganmu ”
Dirumah
sakit, aku dironsen sama dokter. Kebetulan, Dokter itu adalah teman mamaku
sendiri. Dilihat dari hasil ronsen, tulangku dinyatakan retak.
“ Ini ada tulang yang retak ” kata Dokter
“Oh iyaa, terus
bagaimana dok? ” tanya mama,
“ Ini harus di
perban, bu.. Selama 2 sampai 4 minggu ” kata dokter.
Batinku “ Apa?!?!
Diperban ? Yaah, kayak orang habis tanding tinju dong, kayak robot juga ”
Setelah itu, dokter
memperban tanganku. Rasanya kaku sekali.
Waktu di perban, aku
tersadar dalam hati “ Apa aku kena 1 Suro yaa? Gelas pecah? Aku jatuh? Di perban?
Mungkin iya dan aku kurang hati-hati gara-gara polisi tidur rusak dirumah . . .
AMPUN!!! ”
Sekarang aku memakai
perban kemana-mana. Aku hanya menunggu waktu sembuhku dan waktu untuk terbebas
dari PERBAN !!!.
POLISI TIDUR RUSAK
BIKIN SIAL !!!
#####
Komentar
Posting Komentar
♥Give your comments♥